Menyusul ditetapkannya Payakumbuh Kota Sejahtera oleh Kementerian Sosial RI pelayanan sosial terpadu dan berkelanjutan (one stop service) di kota ini. Guna mengaplikasikan one stop service
itu, pihak Kemensos bersama Dinas Sosial Sumbar dan Dinsos Payakumbuh,
menggelar Workshop Pandu Gempita (Pelayanan Terpadu Gerakan Masyarakat
Peduli Kota Sejahtera), dengan sasarannya seluruh pimpinan SKPD dan di
kota ini.
Workshop Pandu Gempita itu dibuka Wakil
Walikota H. Suwandel Muchtar, dalam acara di aula Balaikota di Bukik
Sibaluik Payakumbuh, Rabu (21/8). Saat pembukaan hadir anggota Muspida,
Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Rakyat Kementerian
Sosial, Dr. Ir. Harry Hikmat, M. Si, dan sejumlah pejabat eselon II dan
eselon III Kemensos, sejumlah pejabat eselon III Dinas Sosial Pemprop
Sumbar dan undangan lainnya.
Kadis Sosial dan Tenaga Kerja Payakumbuh
Drs. Yummardius, melaporkan, Workshop Pandu Gempita bertujuan
menyamakan persepsi pimpinan SKPD tentang Pandu Gempita dalam
penanganan. Selama ini pelayanan sosial dalam rangka penanggulangan
masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya masih bersifat sektoral
dan belum menunjukan keterpaduan, ke depan dapat disikapi dan
diantisipasi secara terpadu.
Harapan Kepala Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Rakyat Kementerian Sosial, Harry Hikmat,
Payakumbuh dalam waktu dekat ini sudah punya unit pelayanan terpadu
satu atap, menanggulangi seluruh persoalan sosial yang terjadi di tengah
masyarakat. Tak ada lagi SKPD yang jalan sendiri dalam penanganan
masalah sosial di kota ini.
Empat kota/kabupaten lainnya yang
ditetapkan sebagai kabupaten dan kota sejahtera, kata Harry, Kota
Sukabumi, Kota Metro Lampung, Kabupaten Sragen-Jawa Tengah, dan
Kabupaten Bantaeng-Sulawesi Selatan. Daerah tersebut, dikatakan, layak
dipresiasi sebagai kabupaten dan kota Sejahtera, dan bisa menjadi
percontohan seluruh daerah di Indonesia.
Menurut Wakil Walikota Suwandel Muchtar,
saat memberi sambutan, mengingat kompleksitasnya persoalan sosial di
tengah masyarakat, seluruh komponen pemerintah bersama DPRD harus punya
komitmen yang tinggi dalam persoalan ini. Pimpinan SKPD dan pimpinan
institusi lainnya di lingkungan masyarakat, diminta pro aktif ikut
serta dan peka dengan penanganan kemsikinan dan masalah sosial lainnya.
Sehingga, dalam beberapa tahun ke depan tingkat kemiskinan dan angka
pengangguran di kota ini turun drastis.
Dikatakan, berdasarkan data BPS 2010,
angka kemiskinan di Payakumbuh mencatat 3.671 KK. Sementara, data
penerima raskin atau BLSM tercatat 6.383 rumah tangga sasaran. Jika
persoalan ini dilakukan secara terpadu, petugasnya mengantor pada satu
atap, maka akan sangat mudah bagi pemko dalam menyusun program
penanganan kemiskinan dan persoalan sosial lainnya ke depan. “Harapan
saya, Payakumbuh harus terdepan dalam persoalan ini, karena berpredikat
sebagai Kota Sejahtera,” tegas Wawako.
Dikatakan, di era otonomi daerah ini,
pelayanan sosial harus lebih menjangkau masyarakat di tingkat akar
rumput. Konsekuensinya pemerintah pusat dan Pemko harus lebih mengenali
dan memahami permasalahan sosial di daerahnya, sekaligus mampu
memberikan solusi layanan yang dibutuhkan masyarakatnya, secara tepat,
cepat, epektif dan efisien serta terintegrasi. Kerjasama pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah, akan mampu menjawab kebutuhan pelayanan
yang mudah dijangkau, diakses serta dijadikan sarana bagi masyarakat
berpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, simpulnya.
0 Komentar